Kamis, 24 Oktober 2019

Selasa 22 Oktober 2019, 17:55 WIB

Beberkan Kinerja 5 Tahun, Dirjen Perhubungan Laut Banggakan Tol Laut

Akfa Nasrulhak - detikNews
Beberkan Kinerja 5 Tahun, Dirjen Perhubungan Laut Banggakan Tol LautFoto: Kemenhub Laut
Jakarta - Direktur Jenderal Perhubungan Laut R Agus H Purnomo menyampaikan dalam kurun waktu 5 tahun sejak 2014, sektor transportasi laut telah berhasil memperkuat konektivitas antarwilayah di Indonesia. Menurutnya, salah satu faktor keberhasilan tersebut karena penyelenggaraan angkutan tol laut.

"Salah satu agenda prioritas yang terdapat di Nawacita yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, serta meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional yang selama ini merupakan tujuan dari penyelenggaraan tol laut," ujar Agus dalam keterangan tertulis, Selasa (22/10/2019).

Berkaitan dengan hal tersebut, Agus juga menjelaskan beberapa capaian kinerja Pemerintah di sektor perhubungan laut dalam 5 tahun ke belakang.


"Komitmen di sektor perhubungan laut dalam membuka keterisolasian dengan memberikan dukungan aksesibilitas terhadap daerah 3TP (Terluar, Terdepan, Tertinggal, dan Perbatasan) melalui penyediaan prasarana," katanya.

Agus menjelaskan, sampai saat ini program tol laut telah memiliki 18 rute/trayek ditambah 2 rute/trayek baru di 2019 ini yang mampu menghubungkan pulau-pulau terluar sehingga distribusi barang-barang kebutuhan pokok berjalan dengan lancar hingga wilayah-wilayah terluar.

"Program ini telah berhasil mengurangi disparitas harga bahan-bahan pokok sehingga menjadi lebih terjangkau bagi masyarakat di Indonesia timur," ucapnya.

Di samping itu, guna meningkatkan kapasitas prasarana transportasi laut serta dalam rangka mewujudkan pelayanan transportasi laut yang andal, berdaya saing, dan memberikan nilai tambah, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut juga telah melakukan pengembangan pelabuhan.

Menurut Agus, dalam kurun waktu 5 tahun, pihaknya telah berhasil menyelesaikan pengembangan pelabuhan sebanyak 24 pelabuhan untuk menunjang tol laut, pengembangan pelabuhan lain berjumlah 118, dan pembangunan kapal perintis 104 unit. Selain itu pembangunan pelabuhan non komersial 136 lokasi, serta pembangunan kapal untuk mendukung program tol laut sebanyak 295 kapal.

"Pengembangan pelabuhan di antaranya pengembangan Pelabuhan Patimban, Pelabuhan Kuala Tanjung dan proyek tol laut," jelasnya.

Untuk meningkatkan bidang logistik, lanjut Agus, Kementerian Perhubungan juga akan menjadikan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pelabuhan hub internasional. Hal tersebut dilihat dari arus bongkar-muat (throughput) peti kemas di Kawasan Pelabuhan Tanjung Priok tahun 2018 yang mencapai 7,5 juta TEUs dan diharapkan dapat terus bertambah menjadi 8 hingga 12 juta TEUs pada 2019.

Lebih lanjut Agus menyampaikan pihaknya telah menyediakan 113 trayek perintis yang dapat melayani masyarakat yang hampir tidak tersentuh kapal komersil. Dalam kesempatan yang sama, Agus juga mengungkapkan pihaknya telah melaksanakan implementasi inaportnet sampai dengan tahun 2019 di 16 pelabuhan.

"Dua pelabuhan kelas I, 11 pelabuhan kelas II, 2 pelabuhan kelas III, dan 1 pelabuhan kelas IV," kata Agus.

"Implementasi ini dalam upaya peningkatan kinerja operasional pelabuhan melalui digitalisasi melalui cargo service dan passenger service," sambungnya.

Adapun capaian yang dihasilkan dari implementasi inaportnet ini yaitu menurunkan biaya logistik dengan memangkas biaya operasional, meningkatkan kelancaran arus barang di pelabuhan, sebagai langkah transparansi waktu pelayanan dan tarif yang dikenakan, serta pelayanan lebih cepat yang awalnya 1-3 hari menjadi 30 menit. Selain itu, pelayanan yang lebih murah dan mudah, meningkatkan kualitas dokumen dan paperless administrasi, peningkatan pelayanan barang di pelabuhan, tracking document, dan container dengan mudah dan transparan, pengelolaan data dan akurasi informasi pelayaran dan manifest.

Agus juga menyatakan kini pelayanan di pelabuhan khususnya pelabuhan utama sudah diberlakukan sistem 24/7 yaitu 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Artinya pelayanan kepelabuhanan dilakukan nonstop tanpa henti.

Selain itu, lanjut Agus, pihaknya berkomitmen untuk meningkatkan kenyamanan penumpang di samping membangun pelabuhan juga memastikan terlaksananya implementasi e-ticketing di pelabuhan secara bertahap.

Di bidang perkapalan dan kepelautan, Agus mengatakan pembangunan sistem pendaftaran kapal dan pengembangan kompetensi sumber daya manusia di bidang maritim melalui Diklat Pemberdayaan Masyarakat (DPM) terus meningkat. Khusus penyelesaian pas kecil bagi kapal tradisional di bawah GT.7 juga terus dilakukan hingga 2019 ini.

Di bidang kenavigasian, Ditjen Perhubungan Laut dalam kurun waktu 2015-2019, pembangunan sistem telekomunikasi pelayaran telah tercapai 69 unit dari target 87 unit dan pembangunan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) mencapai 910 unit dari target 1.008 unit.

Selain itu, Agus mengatakan hal yang membanggakan bagi Indonesia sebagai negara kepulauan pertama adalah memiliki Traffic Separation Scheme (TSS) atau Pemisahan Bagan Lalu Lintas laut di Selat Sunda dan Selat Lombok. TSS ini sudah disahkan di International Maritime Organization (IMO) dan mulai berlaku efektif pada Juni 2020.

Di bidang keselamatan dan keamanan pelayaran, sudah ada 400 fasilitas pelabuhan dan 1.572 kapal berbendera Indonesia yang sudah comply dengan International Ship and Port Facilities Security (ISPS) Code.


Dalam kesempatan tersebut, Agus juga menyampaikan rencana Indonesia untuk mencalonkan diri kembali sebagai anggota Dewan International Maritime Organization (IMO) kategori C periode 2020-2021 yang pemilihannya akan dilakukan pada akhir November 2019 ini.

"Indonesia akan maju kembali mencalonkan sebagai anggota Dewan IMO Kategori C periode 2020-2021. Untuk itu, kami mengajak segenap masyarakat maritim dan stakeholder untuk memberikan dukungan kepada pemerintah Indonesia yang akan berjuang di IMO bulan November nanti," tutup Agus.bazzau52@gmail.com

Indonesia Bahas Isu Kelautan Dunia di Our Ocean Conference Norwegia

Rabu 23 Oktober 2019, 17:10 WIB

Indonesia Bahas Isu Kelautan Dunia di Our Ocean Conference Norwegia

Midlan witrawan - Dunia Kelautan
Jakarta -
Indonesia berpartisipasi pada Our Ocean Conference (OCC) tahun 2019 yang digelar di Oslo, Norwegia. Acara ini membahas sejumlah isu kelautan dunia dan peran Indonesia dinilai penting di acara kali ini. Pada OOC 2019 ini, Pemerintah Indonesia mengirimkan perwakilan untuk berperan aktif dalam acara ini.
Delegasi Indonesia yang terdiri dari perwakilan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perhubungan, Kementerian Luar Negeri, Sekretariat Negara, Sekretariat Kabinet, BMKG dan KBRI di Oslo selama dua hari ke depan akan mengikuti materi terkait dengan enam Areas of Action.
Sekretaris Utama Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Dwi Budi Sutrisno yang juga sebagai delegasi Indonesia pada OOC 2019 tersebut menyampaikan bahwa masa depan dunia sangat tergantung pada lautan yang bersih dan sehat dimana diperlukan adanya keseimbangan antara pemanfaatan sumber daya laut dan pelestariannya untuk kepentingan umat manusia ke depan.
"Menjaga lautan untuk generasi mendatang merupakan tanggung jawab dan masalah urgensi dunia dan dengan penyelenggaraan OOC 2019 akan menyoroti pentingnya pengetahuan sebagai dasar kebijakan dan tindakan/aksi untuk memastikan perlindungan laut, pengelolaan sumber daya laut yang bertanggung jawab dan pertumbuhan ekonomi masa depan yang berkelanjutan," ujar Dwi Budi dalam keterangan tertulis, Rabu (23/10/2019).

Sementara itu, delegasi Indonesia pada OOC 2019 lainnya yaitu Kepala Bagian Organisasi dan Humas, Ditjen Perhubungan Laut, Yan Prastomo Ardi mengatakan bahwa OOC 2019 akan mempertemukan para pemimpin dunia, pemerintahan, pelaku bisnis, masyarakat sipil dan lembaga penelitian untuk saling berbagi pengalaman, mengidentifikasi solusi dan berkomitmen untuk bertindak untuk laut yang bersih, sehat dan produktif.


Sebagai informasi, penyelenggaraan OOC telah dilaksanakan sebanyak 5 kali sejak tahun 2014, antaranya 2 kali di Washington DC, Cile, Malta, dan terakhir di Indonesia.
Di OOC 2018 yang dilaksanakan di Bali, Indonesia tercatat enam kepala negara hadir dengan lebih dari 1.900 perwakilan 70 negara, 36 pejabat setingkat menteri, 38 organisasi internasional, serta 290 NGO dan sektor privat juga ikut hadir pada OOC 2018.

Selama lima kali diadakan, konferensi tahunan itu telah mengeluarkan 950 komitmen di bidang kelautan dan kemaritiman, di antaranya 31 komitmen pada 2014, 73 komitmen pada 2015, 126 komitmen pada 2016, 433 komitmen pada 2017, dan terakhir 287 komitmen dari konferensi OOC di Bali.

Adapun Komitmen dikategorikan dalam bidang-bidang seperti pembangunan kapasitas (capacity building); iklim, pencegahan dan pemantauan pengasaman laut; mempromosikan perikanan yang berkelanjutan; perlindungan laut; pengurangan polusi laut; jaringan kerja laut yang aman; serta pemetaan dan pemahaman lautan dan masa depan konferensi samudera